PROFIL KADER DAKWAH MASA DEPAN
Berawal dari Pendekatan Kekinian, Menuju Ke-Kafaah-an “Pemahaman”
Hal yang paling umum akan ditanyakan atau bahkan dipertanyakan oleh khalayak saat membaca dua baris judul diatas tentulah “Bagaimanakah profil seorang kader dakwah masa depan”.
Sebelum menjawabnya, tentu kita perlu mengidentifikasikan secara parsial namun tetap dalam khazanah kesatuan aspek yang integral, masa depan manakah yang dimaksud?
Baik, kita dekati satu-satu. Pertama adalah representasi dari sosok kita sebagai salah satu agen dakwah masa kini di masa depan dengan titik tolak pada pendekatan kekinian berdasarkan prinsip Future Condition of The Present Real Agents.Kedua, adalah representasi dari sosok kader dakwah masa depan di masa depan berdasarkan prinsip Future Condition of The Future Real Agents.
Jika dilihat secara lebih dalam maksud tema diatas adalah lebih kepada kondisi yang pertama kali kami tawarkan, yaitu Future Condition of The Present Real Agents.
FUTURE CONDITION OF THE PRESENT REAL AGENTS
Sekarang pembahasan kita sudah menjadi semakin spesifik, dengan penekanan pada keadaan ideal yang harus kita capai untuk memenuhi kriteria sebagai sosok kader dakwah masa depan yang tidak hanya dilihat dari sudut pandang pemenuhan aspek keterukuran dan materialitas upaya pencapaian tujuan tersebut, tetapi lebih kepada ‘nilai’ dan ‘mutu’ terbaik dalam kerangka keidealan yang komprehensif yang menjadikan kita layak untuk disebut sebagai sosok kader dakwah yang ideal di masa depan. Mungkin Anda akan bertanya mengapa kami berfikiran demikian, dengan tidak memandang ‘sosok kader dakwah masa depan’ sebagai bagian utuh yang terdiri dari aspek-aspek dan persyaratan khusus yang harus dipenuhi seluruhnya untuk mewujudkan apa yang dimaksud dengan ‘sosok kader dakwah masa depan’ itu sendiri.
Jika kita mau mencermatinya, jawabannya sudah sangat jelas, karena rangkaian kata ‘sosok kader dakwah masa depan’ itu sendiri secara perspektif kausalitas sudah merujuk kepada keadaan atau kondisi yang diimbangi dengan konotasi positif dari unsur-unsur kata penyusunnya.
Sebelum kita menuju kepada pembahasan inti kita mengenai future condition itu sendiri, perlulah kita memahami dan mengidentifikasikan factor-faktor apa sajakah yang dipandang sebagai penghalang bagi terbentuknya ‘sosok kader dakwah masa depan’ tersebut di masa kini, tentu saja dengan mem-present condition-kan keadaan yang ideal untuk menariknya ke masa kini (timeliness).
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIDAK WUJUDNYA ‘SOSOK KADER DAKWAH MASA DEPAN’ DALAM KONSEP KEKINIAN
Setidaknya ada 5 hal yang menjadi penyebab tidak wujudnya ‘sosok kader dakwah masa depan’ tersebut dalam konsep kekinian, yang sebenarnya dapat disederhanakan dalam suatu rumusan praktis, namun tetap komprehensif, yaitu tidak adanya ke-kaafah-an pemahaman terhadap Al-Islam itu sendiri. Yang dapat kita separatisasikan (tetapi tetap dalam aspek kekomprehensifan sebagai satu kesatuan unsur), yaitu:
1. Tidak adanya pemahaman mengenai urgensi dari syahadatain yang telah diucapkan;
2. Tidak dipahaminya tujuan hidup oleh sebagian kader dakwah;
3. Mudah jatuhnya sosok yang sudah terbangun, apalagi sosok yang baru maupun yang belum terbangun;
4. Efek futuristis yang tidak ditangani secara tepat; dan
5. Keterbatasan wawasan dan lingkup pengembangan diri yang secara tidak sadar diciptakanya sendiri.
Nah, sekarang kita tentu akan bertanya, Bagaimanakah cara mengatasi itu semua?
Jawabannya sudah sangat jelas bukan? Jawabanya akan sama dengan rumusan filosofis berikut:
“ Jika ingin memiliki pemahaman yang komprehensif, perlulah suatu ke-kaafah-an pandangan dan idealisme filosofis yang digerakkan dalam suatu langkah praksis dalam koridor kekomprehensifan usaha menuju pencapaian tujuan dengan berpegang secara penuh kepada Al-Quran dan Al-Hadits.”
Kerangka konseptual pencapaian:
Ke-kaafah-an Pemahaman
Aqidah yang mantap (100%): CUMMULATIVE
Syariat Duniawi (50%) Syariat Ukhrawi (50%)
Akhlak : “Aturan sebagai Pedoman”
Rencana Strategis : “Aspek dan kondisi kekinian sebagai rule of views”
TUJUAN AKHIR: “THE TRUE GOALS”
PEMAHAMAN DAN PENERAPAN KESELURUHAN SYARIAT: DUNIAWI DAN UKHRAWI
Setidaknya kita sudah harus paham mengenai 2 hal:
1. Pelaksanaan syariat duniawi, hasilnya langsung akan dapat dituai di dunia, dan
2. Pelaksanaan syariat ukhrawi, hasilnya baru akan dapat kita dinikmati di akhirat.
Sepertinya hal dua hal tersebut sudah cukup untuk menjawab pertanyaan di bawah ini:
“Saya selalu beribadah dengan tekun, tetapi kenapa saya tidak kaya?”
Ya, benar. Bagaimana kita akan menuai hasilnya jika kita tidak menerapkan syariat secara kaafah. Padahal kita tidak hanya diperintahkan untuk menerapkan syariat ukhrawi saja bukan?
Begitu juga, kita tidak akan bias mencapai apa yang disebut dengan ‘sosok kader dakwah masa depan’ jika tidak ada effort yang berarti? Kesungguhan kita dalam melakukan usaha untuk mencapai tujuan kita-lah yang akan diberikan pembuktian oleh Allah SWT terhadap hasilnya.
Keywords: Usaha, Semangat, dan Doamu lah yang akan membuktikan janji-Nya.(Penerapan syariat secara kaafah:100%)
AL-QURAN DAN AL-HADITS SEBAGAI ATURAN DAN ACUAN DALAM MEREPRESENTASIKAN SETIAP TINDAKAN DAN TINGKAH LAKU (AKHLAK): MENELADANI AKHLAK RASULULLAH SAW.
Sudah sangat jelas, 2 sumber hukum yang utama adalah Al-Quran dan Al-Hadits. Disaat umat berpegang teguh pada keduanya, maka umat tidak akan pernah tersesat selama-lamanya. Nah, itu semua akan terjawab dengan meneladani akhlak sang uswah yang berakhlakkan Al-Quranul Karim dan berperangaikan Al-Hadits, Rasulullah Muhammad SAW.
MENCANANGKAN LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS UNTUK MENJADI ‘SOSOK KADER DAKWAH MASA DEPAN’ YANG PRESTATIF (KOMPREHENSIF)
Selanjutnya, yang perlu kita laksanakan adalah bagaimana kita mencanangkan langkah-langkah strategis yang terprogram untuk membuat wujudnya ‘sosok kader dakwah masa depan’ dalam diri kita sebagai kader dakwah masa kini (pembatasan waktu: timeliness).
Dalam penerapannya, kita perlu menghubungkannya dengan konsep timeliness itu sendiri. Yaitu keadaan kita di masa kini.
Siapakah kita?
KADER YANG BISA MERUBAH: THE AGENTS OF CHANGE-PEMAHAMAN TERHADAP ESENSI KEPEMUDAAN
Kita adalah pemuda, tunas bangsa, yang merupakan Agents of Change!!!
Camkan kata-kata diatas wahai Saudaraku…
Nah, sudah selayaknya kita berkaca pada apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kepada kita yang terdapat dalam Q.S At-Taubah ayat 38-42 (Tugas hafalan kalian ini ya!!!)
Terutama apa yang tercantum dalam Q.S At-Taubah ayat 41. Jika setiap pemuda Islam sebagai kader dakwah masa kini telah mampu memahami dan melaksanakannya, tentu kita, sebagai bagian integral dari itu semua akan semakin dekat kepada apa yang dimaksud dengan ‘sosok kader dakwah masa depan’, sosok yang ideal, dengan keidealan yang tercapai. Bukan hanya keidealan sebagai apa yang seharusnya wujud dan dicapai, tetapi keidealan yang terpenuhi dalam arti yang sesungguhnya.
KENDALA PENCAPAIAN KONDISI YANG IDEAL
Pencapaian suatu kondisi yang ideal bukanlah perkara mudah. Analisis metode dan langkah yang akan diterapkan pun harus dilakukan secara intensif dan mendetail dengan melucuti kerangka-kerangka konsepsional untuk kemudian dibentuk dan diaransement ulang kembali menjadi kerangka-kerangka praktis dalam suatu integralisme setiap bagian dalam satu kesatuan yang utuh dan komprehensif, baik terhadap aspek-aspek yang terkait secara langsung maupun secara tidak langsung dengan pencapaian kondisi yang ideal.
Dalam prakteknya tentu kita akan menemui berbagai kendala yang dapat membuyarkan susunan kerangka praktis yang akan dibentuk, atau bahkan dengan meng-infect ke dalam susunan kerangka konsepsional yang merupakan bahan dasarnya. Setidaknya ada lima hal yang dapat kami identifikasikan sebagai kendala pencapaian suatu kondisi yang ideal (baca: menuju ‘sosok kader dakwah masa depan’ yang ideal).
Kelima hal tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kurangnya persatuan dan banyaknya perpecahbelahan di kalangan umat, yang turut menggaet pemuda sebagai salah satu objeknya;
2. Keengganan dalam menghadapi lingkungan yang begitu berbeda;
3. Ketidakistiqomahan dalam penerapan asas-asas utama (baca: Al-Quran dan Al-Hadits) dalam upaya untuk menggapai tujuan kita yang sesungguhnya;
4. Egoisme dan fanatisme golongan-golongan; dan
5. Tidak fokus kepada tujuan utama.
Ketika kita telah mampu mengatasi hambatan-hambatan tersebut, tentu saja hal ini akan semakin mempermudah langkah kita untuk menuju ‘sosok kader dakwah masa depan’ itu sendiri. Sosok kader dakwah yang ideal, sosok kader dakwah utama yang akan menegakkan panji-panji agama Allah di muka bumi.
Ini adalah keniscayaan wahai saudaraku. Mari kita bergandengan tangan, rapatkan barisan, bergerak bersama, songsong kejayaan Islam yang selalu kita dambakan. Wujudkan itu semua dengan tangan-tangan kita, wahai Saudaraku!!!
sumber : http://henryleeseru.multiply.com/journal/item/2
0 komentar:
Posting Komentar
Assalamualaikum,,,,
Salam ukhuwah buat semua rekan-rekan yang mengunjungi kami...
Silahkan berikan komentar, saran, kritik, ide, apapun (asal positif dan membangun) pada kami boleh langsung kesini maupun ke email kami di pkslangensari@gmail.com . Syukron untuk sapaan semua rekan-rekan...
Salam hangat dari kami...
-DPC PKS Langensari-