Minggu, 13 Maret 2011

Belajar Cinta dari Rumah Hasan Al Banna

Belajar Cinta dari Rumah Hasan Al Banna
Oleh: Sugi Heryani Herdiana

Cinta merupakan fitrah manusia yang begitu sulit untuk dijabarkan. Meski telah begitu banyak buku-buku yang menterjemahkan makna cinta, tetap saja ketika ditanya, orang-orang akan berfikir sejenak untuk sekedar mengartikan cinta.
Begitu juga cinta bagi sebuah rumah. Sederhana namun bisa berdampak luar biasa... cinta bukan hanya pelampiasan perhatian atau kasih sayang bagi sesama, tetapi lebih besar. Bahwa cinta mampu memberi warna sehingga seseorang yang tidak mau bergerak menjadi bergerak, yang diam menjadi bergairah, yang tak bersemangat menjadi membara, yang pasrah menjadi bergejolak. Dan karena cinta memang demikian hebatnya, cinta mampu mempengaruhi dalam posisi negatifnya juga. Disinilah diperlukan keseimbangan untuk cinta.
Bagi sebuah keluarga, siapa yang tidak tahu kebesaran cinta Rosulullah SAW pada keluarganya. Beliau sang pemimpin umat bahkan tak canggung-canggung menyingsingkan lengan bajunya untuk turun membantu istri-istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Karena besarnya cinta Khadijah pulalah, ia dengan ikhlas mengorbankan hartanya untuk perjuangan dakwah sang suami. Begitulah cinta memawarnai perjuangan dakwah. Memberi arti yang tidak hanya sekedar memberi.
Cinta lain berangkat dari rumah Imam Hasan Al Banna, dimana beliau bukanlah tokoh asing bagi sejarah dakwah Islam modern yang mampu membangun fondasi gerakan dakwah Al Ikhwan Al Muslimun yang mengalami geliat kebangkitan Islam diseluruh dunia. Perjuangannya begitu banyak dikenal orang, namun demikian, tidak lantas membuat beliau melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang kepala keluarga.
Sungguh dalam kemurnian dakwah ini tidak ada dikotomi antara keluarga dan dakwah, bahwa dakwah untuk umat dan membina keluarga adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sesungguhnya peletak dasar pergerakan dakwah modern semisal Imam Hasan Al Banna telah memberi contoh bahwa yang merasakan sentuhan pertama nilai pendidikan seorang da’i justru orang terdekatnya, ialah keluarga!
Imam Hasan Al Banna dilahirkan dalam keluarga yang hidup dalam keadaan serba sederhana, dengan mengamalkan Islam di segenap sudut kehidupan mereka. Ayahnya adalah alumni Universitas Al Azhar dan mendalami ilmu hadist dan Ilmu Fiqih, bahkan dari sang ayah pulalah Imam Hasan Al Banna mendapatkan ilmu agamanya.
Dalam sebuah bangunan umat, ayah merupakan sosok penting. Dalam sebuah keluarga, kedudukan ayah merupakan salah satu bata yang menopang bangunan umat Islam. Sehingga baik buruknya peran ayah dalam sebuah rumah tangga akan mampu mengukur kuatnya bangunan umat ini. Hal ini pun Rosul tegaskan dalam sebuah hadist
Setiap kalian adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang amir adalah pemimpin atas rakyatnya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang perempuan adalah pemimpin dirumah suaminya dan anaknya, dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba  sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.”
 (HR. Bukhari dari hadist Nafi’ bin Umar ra).

Lebih dekat dengan keluarga Imam Hasan Al Banna

·         Berkenalan dengan Keluarga Imam Hasan Al Banna
Sebagai tahap pertama dalam membina suatu rumah tangga dan anak-anak yang akan menjadi keturunannya kelak adalah dimulai sejak proses pemilihan perempuan yang akan mendampinginya. Itu pulalah yang Imam Hasan Al Banna lakukan, beliau memilih wanita baik-baik dan dari keturunan baik-baik sebagai pendampingnya. Keluarga jelas sangat menjamin perkembangan jiwa anak secara baik. Diantara faktor penting untuk melakukan pemeliharaan yang benar adalah adanya lingkungan yang mendukung untuk tujuan pendidikan itu sendiri.
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”
(QS. Al A’raf : 58)
Komposisi keluarga Imam Hasan Al Banna
  • Wafa adalah anak perempuan yang paling besar, sekaligus istri dari seorang da’i terkenal yakni Sa’id Ramadhan Rahimahullah. Saat Imam Hasan Al Banna wafat, dia baru berusia 17 tahun.
  •  Ahmad Saiful Islam adalah anak kedua. Dia merupakan seorang advokat sekaligus sekjen Aliansi Advokat Mesir dan mantan Anggota Parlemen Mesir. Dilahirkan tanggal 22 November 1934. Berhasil memperoleh gelar sarjana di bidang HAM tahun 1956, dan Darul Ulum 1957. Usiannya baru 14 tahun, dua bulan, dua puluh dua hari, saat Imam Hasan Al Banna wafat.
  •  Dr. Tsana adalah anak ketiga. Dia merupakan dosen Urusan Pengaturan Rumah Tangga, mengajar di sejumlah universitas di Saudi Arabia. Ia masih 11 tahun saat Imam Hasan Al Banna wafat.
  • Ir. Roja’ adalah anak keempat. Usianya baru sekitar lima setengah tahun saat Imam Hasan Al Banna wafat.
  • v  Dr. Halah adalah anak kelima. Dia merupakan dosen Kedokteran Anak di Universitas Al Azhar. Usianya baru dua tahun lebih saat Imam Hasan Al Banna wafat.
  • v  Dr. Istisyhad adalah anak terakhir. Dia merupakan dosen ekonomi Islam. Ia masih berupa janin di perut ibunya saat Imam Hasan Al Banna menghebuskan nafas terakhirnya. Semula menurut dokter, menurut analisa dokter, ia harus digugurkan mengingat sakit yang diderita sang ibu dan bahaya kehamilan yang bisa mengancam kehidupan sang ibu. Para medis menetapkan itu tepat pada hari wafatnya Imam Hasan Al Banna pada tanggal 12 Februari. Namun Allah berkehendak lain, Istisyhad tetap lahir dengan sehat dan karena peristiwa itulah dia diberi nama Istisyhad yang berarti Memburu Mati Syahid.

·         Praktik Tarbiyah Imam Hasan Al Banna yang Menyejukan Keluarga
Adanya visi yang benar dan kemampuan aplikasi sikap yang baik, adalah syarat utama dalam pentarbiyahan keluarga. Mari kita masuki rumah Imam Hasan Al Banna untuk melihat bagaimana beliau mendidik anak-anak dan istrinya.
v  Makan Bersama, yang Menjadi Prioritas
Meski Imam Hasan Al Banna memiliki kesibukan dakwah yang luarbiasa, namun beliau selalu menyempatkan untuk makan bersama dengan keluarga bahkan meskipun ada tamu datang kerumah beliau. Saat makan bersama inilah menurut beliau, saat dimana semua kehangatan akan terpancar dari semua anggota keluarga. Itulah sebabnya beliau tidak pernah meninggalkan kesempatan untuk makan bersama dengan semua anggota keluarganya.
v  Tidak Ada Suara Keras Dirumah
Sikap pertama seorang ayah yang sukses adalah bila ia mempunyai peta perhatian yang menyeluruh terhadap anak-anaknya. Dan hal ini pulalah yang sering dilupakan para ayah. Bahkan tidak sedikit dari kita yang kurang memiliki perhatian terhadap perkembangan keluarganya dengan dalih kesibukan dan perhatiannya sepanjang hari diluar rumah untuk berdakwah. Lalu ketika pulang, ia hanya mendapati anaknya sudah terlelap tidur. Inilah yang tidak dilakukan Imam Hasan Al Banna. Rumah beliau dan anak-anaknya tetap memiliki porsi perhatian yang besar, diiringi keseriusan dalam bentuk pengaturan dan pentarbiyahan. Sehingga tidak pernah ada emosi dalam keluarga, termasuk suara keras dalam menyikapi berbagai permasalahan.
v  Memanfaatkan Waktu Bersama Keluarga
Meskipun Imam Hasan Al Banna cenderung memiliki waktu yang sangat sempit untuk berkumpul dengan keluarganya, namun beliau tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang ada. Bahkan ketika liburanpun, beliau selalu menyempatkan liburan bersama anak-anaknya. Dan bagi keluarganya, meski hanya sebentar bersama Imam Hasan Al Banna, namun mereka sudah menemukan kepuasan.
v  Cara Imam Hasan Al Banna Merawat Anak-anaknya
Anak adalah investasi untuk dakwah dan tentu saja untuk  kemanusiaan secara keseluruhan. Itu sebabnya Imam Hasan Al Banna melakukan perencanaan yang baik bagi seluruh anak-anaknya. Beliau selalu menjaga proses pelaksanaan perencanaan itu dalam sebuah map yang berisi seluruh masalah anak yang penting untuk diperhatikan, seperti masalah kesehatan dan masalah kemajuan atau kemunduran penguasaan pelajaran sekolah.
Point-point dalam map tersebut diantaranya :
1.      Tanggal dan sejarah kelahiran
2.      Nomor kelahiran
3.      Schedule pemberian obat dan makanan
4.      Surat keterangan dokter
5.      Keterangan atau catatan tentang kondisi sakit secara detail
6.      Ijazah anak-anak
7.      Catatan seputar prestasi anak-anak di sekolah
8.      Dan lain-lain
Setiap anak-anak Imam Hasan Al Banna, disediakan catatan masing-masing yang semuanya ditulis sendiri oleh sang Imam. Semua sangat detail dan terperinci, sehingga Imam Hasan Al Banna mampu memantau kondisi semua anak-anaknya.
v  Imam Hasan Al Banna selalu Membawakan Bekal ke Sekolah
Imam Hasan Al Banna meskipun sudah terkenal dan memiliki kesibukan yang banyak, namun beliau tidak pernah canggung untuk membawakan bekal makanan kepada anak-anaknya di sekolah.
v  Selalu Memenuhi Kebutuhan Rumah
Imam Hasan Al Banna sangat memperhatikan dengan baik semua urusan rumah. Beliau menulis sendiri keperluan yang dibutuhkan keluarga setiap bulannya dan membayarkan langsung setiap awal bulan kepada seorang ikhwan pemilik toko kelontongan terkenal yang menyediakan kebutuhan rumah tangga. Beliau melakukan itu, karena beliau sangat tahu kesibukan istrinya dalam mengurus rumah.
v  Anak-anak Selalu Menurut Tanpa Harus Diperintah
Imam Hasan Al Banna dimata anak-anaknya adalah sosok orang tua yang telah memberikan cinta tulusnya kepada mereka semua. Beliau sangat memelihara perasaan anak-anak dengan begitu hati-hati. Itulah sebabnya anak-anak selalu menurut tanpa harus diperintah oleh Imam Hasan Al Banna.
v  Ada Uang Jajan Harian, Mingguan, dan Bulanan
Metode lainnya yang diterapkan Imam Hasan Al Banna adalah dengan memberikan tiga kategori uang jajan kepada anak-anaknya, yaitu:
1.      Uang Harian 3 qirsy
2.      Uang Mingguan 10 Ma’adin
3.      Uang bulanan 10 qirsy
Maksud dari pemberian uang ini adalah untuk memberikan kepuasan kepada anak-anaknya. Pada masa itu, uang jajan harian yang diberikan Imam Hasan Al Banna kepada anak-anaknya termasuk sangat besar karena pada waktu itu, bahkan teman-teman anak-anak Imam Hasan Al Banna hanya diberi seperempat atau separuh qirsy oleh orang tua mereka.
Meski mendapatkan uang jajan yang sangat banyak, tidak lantas membuat anak-anak beliau menyalahgunakannya, hal ini disebabkan karena pola didik dan tarbiyah yang matang dari Imam Hasan Al Banna.
v  Imam Hasan Al Banna Mengirim “Mata-mata”
Seorang pendidik yang berhasil adalah seorang yang bisa mendidik anaknya untuk bangkit bersama-sama dengan umatnya dengan cara memberikan manfaat kepada orang lain. Hal ini juga yang diajarkan Imam Hasan Al Banna kepada anak-anaknya agar mereka mau berinfaq dijalan Allah. Sejak usia kanak-kanak, Imam Hasan Al Banna mengajarkan anak-anaknya tentang berinfaq, agar menjadi sebuah karakter bagi diri anak-anaknya. Bahkan Imam Hasan Al Banna mengirimkan salah seorang Ikhwan untuk memata-matai bagaimana cara anak-anaknya menginfaqkan uang mereka.
v  Nilai Hidup Terletak Pada Keimanan
v  Menasehati Tidak Secara Langsung
Imam Hasan Al Banna mengarahkan anak-anaknya dengan tidak secara langsung agar apa yang dilakukan anak-anaknya itu tumbuh dari diri sendiri, bukan dari perintah ataupun tekanan siapapun.
v  Menyemai Cinta dengan Contoh Langsung
Imam Hasan Al Banna dalam mendidik anak-anaknya adalah dengan menanamkan nilai dalam jiwa dengan cara praktis. Imam Hasan Al Banna tidak suka memerintah anak-anaknya melainkan dengan memberikan contoh secara langsung.
v  Mendidik dengan Metode Menyampaikan Tanpa Meminta
v  Berinteraksi Secara Wajar dengan Lingkungan
Meskipun dunia luar memiliki dampak yang negatif bagi pendidikan anak-anaknya, namun tidak membuat Imam Hasan Al Banna menutup diri dan keluarganya dari lingkungan sekitarnya. Beliau mengajarkan anak-anaknya untuk tetap bersikap wajar terhadap lingkungannya. Karena beliau telah menanamkan nilai-nilai pada diri anak-anak dan keluargnya.
v  Keterlibatan yang Bijaksana
v  Memberikan Peran dan Kewajiban Kepada Anak-anaknya
Laki-laki dan perempuan itu memiliki peran yang sama pentingnya dalam membangun kehidupan. Dan hal itu pulalah yang dilakukan oleh Imam Hasan Al Banna, dimana beliau memberikan keseimbangan dalam setiap hal kepada seluruh anak-anaknya, bahkan dalam hal hukuman sekalipun.
v  Rak-rak Buku
Imam Hasan Al Banna sangat memperhatikan ilmu untuk anak-anaknya, ini tercermin dalam hal berikut :
1.      Menyediakan perpustakaan khusus untuk anak-anaknya dan mengisinya dengan buku-buku yang diinginkan anak-anaknya.
2.      Memberikan uang bulanan untuk membeli buku-buku yang diinginkan oleh anak-anaknya, sesuai dengan kecenderungan anak-anaknya.
v  Imam Hasan Al Banna Menemani Anak-anaknya Ketika Bermain
v  Imam Hasan Al Banna Selalu Melindungi Anak-anaknya
v  Imam Hasan Al Banna Berusaha Bijak dalam Menyikapi Kesalahan Anak-anaknya
Salah satu kebiasaan Imam Hasan Al Banna adalah melakukan dialog dengan tenang untuk memperbaiki kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan anak-anaknya. Beliau tidak pernah memarahi atau membentak dengan suara yang keras ketika anak-anaknya melakukan kesalahan, melainkan bersikap sangat bijak, sehingga anak-anaknya menyadari sendiri kesalahan-kesalahan mereka.
Walaupun demikian bukan berarti Imam Hasan Al Banna tidak memberikan hukuman kepada mereka. Namun hukuman disini bukanlah hukuman yang keras dan terlampau kasar. Imam Hasan Al Banna hanya memberikan hukuman ketika mereka melakukan kesalahan-kesalahan berat saja (Menurut Wafa, hukuman terberat yang pernah dia terima adalah dijewer).
v  Menenangkan dengan Pelukan Hangat
v  Menyadarkan Anak Perempuan dengan Peran Keperempuannya
v  Menjadi Pasangan Romantis dengan Istrinya
v  Menanamkan Solidaritas dengan Kondisi Dunia Islam
v  Menjadi Teman Belajar dan Berdiskusi yang Baik bagi Anak-anaknya
v  Menunaikan Hak-hak Keluarga dengan Baik
Begitulah cara Imam Hasan Al Banna mendidik keluarganya sehingga mampu menjadi penyokong dakwahnya yang kuat. Banyak hal-hal yang kadang disepelekan kita sebagai orang tua dalam mendidik dan mempersiapkan anak-anak kita sebagi penerus dakwah yang baik. Hal-hal yang dilakukan Imam Hasan Al Banna patut kita contoh, agar kondisi dakwah ini semakin kokoh dan kuat.
Sudahkah kita menjadi orang tua dan pemimpin yang baik ????
Semoga Allah SWT melimpahi kita dengan rahmat yang besar. Wallahu ‘Alam Bisowab.
(Referensi : Buku Cinta dirumah hasan Al banna karya Muhammad Lili Nur Aulia)

0 komentar:

Posting Komentar

Assalamualaikum,,,,
Salam ukhuwah buat semua rekan-rekan yang mengunjungi kami...
Silahkan berikan komentar, saran, kritik, ide, apapun (asal positif dan membangun) pada kami boleh langsung kesini maupun ke email kami di pkslangensari@gmail.com . Syukron untuk sapaan semua rekan-rekan...
Salam hangat dari kami...
-DPC PKS Langensari-

Para Pengemban Amanah

Para Pengemban Amanah