Minggu, 27 Maret 2011

URGENSI INSYA ALLAH

Oleh : Anang Herdiana

Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang yang beriman adalah sifat optimis atau Tafa’ul  atau raja’ .  namun  ada hal yang harus diingat dari sifat tafa’ul adalah harus diimbangi dengan rasa ‘adamul amni min makrillah (tidak merasa aman dari makar Allah), dan  Khouf  (takut). Bahkan salah satu ciri  seorang mukmin yang yusari’una fil khoirot wahum laha sabiqun-bersegera dalam kebaikan dan menang dalam adu cepat meraih kebaikan itu-adalah wa qulubuhum wajilatun – hati mereka senantiasa takut dan ngeri jika kebaikan yang dilakukannya tidak diterima Allah SWT. (lihat  QS. Al-Mu’minun : 57-61)
Allah SWT Berfirman :
  
Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun). Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.”

Mungkin karena sering terlalu percaya diri, maka sebagian dari kita sering kali tidak mengucapkan insyaAllah kala mengungkapkan optimismenya. Padahal ucapan insya Allah sangat urgen bagi seorang mukmin, bahkan bisa dikatakan dharuri, artinya kita akan hancur kalau tidak mengucapkan insya Allah. Seharusnya ucapkan insya Allah kita jadikan sebagai karakter, budaya, dan gaya berbicara yang membedakan kita dengan yang lainnya.
Berikut inni adalah beberapa kisah yang menggambarkan betapa pentingnya dan dharurinya ucapan insyaAllah bagi seorang mukmin. :
Kisah Pertama
Dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim, dikisahkan bahwa suatu hari, nabi Sulaiman a.s. berkata, “Malam ini aku akan menyetubuhi 60 atau 70 istriku sehingga mereka hamil. Lalu, setiap istriku melahirkan seorang anak lelaki yang akan menjadi mujahid penunggang kuda fisabilillah.” Namun, nabi sulaiman a.s. lupa mengucapkan insya Allah.
Malam itu Nabi Sulaiman a.s. berhasil menyetubuhi 60-70 istrinya, tetapi yang hamil hanya salah satu istrinya. Dan saat melahirkan, anak yang dilahirkannya tidak sempurna fisiknya, ia hanya berupa badan saja. Dalam riwayat lain, ia hanya sebelah manusia saja.
Rasulullah SAW bersabda,
kalau saja nabi sulaiman a.s. mengucapkan insya Allah niscaya mereka akan berjihad dijalan Allah sebagai penunggang kuda semuanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan :
Semua wanita itu akan hamil (dan melahirkan) putra yang berjihad dijalan Allah.” (HR. Muslim)

Kisah Kedua
Di puncak pertarungan pemikiran antara Rosulullah SAW. Dengan kafir Quraisy, orang-orang Quraisy mengirimkan dua orang cendikiawannya sebagai utusan khusus kepada orang-orang yahudi di madinah. Tujuannya, agar orang-orang Quraisy mendapatkan dukungan ilmu baru dalam menghadapi Rosulullah SAW, yakni An-Nadhar bin Al Harits dan ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. Orang-orang yahudi membekali dua orang cendikiawan itu dengan tiga pertanyaan yang harus mereka ajukan kepada Rosulullah SAW. Pertanyaannya adalah :
  1. Bagaimana kisah Ashhabul Kahfi ?
  2. Bagaimana kisah dzul Qarnain?
  3. Apa yang simaksud dengan ruh?
Mendapatkan tiga pertanyaan seperti itu Rosulullah SAW. Bersabda “besok akan saya ceritakan dan saya jawab.” Akan tetapi beliau lupa mengucapka insya Allah. Akibatnya, wahyu yang biasanya turun kepada beliau setiap kali menghadapi masalah, terhenti selama lima belas hari. Sedangkan orang-orang Quraisy setiap hari selalu datang menagih janji Rasulullah SAW. “mana ceritanya? Besok...besok...besok...,” begitu kira-kira ucapan orang-orang quraisy itu. Rosulullah SAW sangat sedih atas kejadian itu. Barulah setelah berlalu selama 15 hari Allah SWT menurunkan surat Al kahfi yang berisi jawaban atas dua pertanyaan yang diajukan kepada nabi Muhammad SAW. Sedangkan pertanyaan yang ketiga disebutkan Allah SWT. Dalam surat Al Isra’ ayat 85.
Pada penghujung akhir kisah Ashhabul Kahfi, Allah SWT. Berfirman :

“ Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (QS. Al Kahfi :23-24) 

Mungkin ada orang yang berkata, “Bukankah Nabi Muhammad SAW, telah diampuni dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang ? lalu, mengapa kesalahan kecil dan sepele ini mendapatkan hukuman sedemikian rupa?bukankah kebaikan beliau selama ini bisa menutup kesalahan kecil atau sepele ini?”.  Jawabannya adalah :
  1. Agar hal ini menjadi durus wa ‘ibar (pelajaran dan ibrah) bagi ummatnya. Kalau orang selevel Rosulullah SAW. saja dihukum sedemikian rupa, bagaimana dengan kita yang penuh dosa?
  2. Ada ungkapan yang mengatakan, “Hasanatul Abrar, Sayyiatul Muqarrabiin.” Artinya, ada hal-hal tertentu bagi orang-orang abrar (orang-orang baik) disebut sebagai hasanat (kebaikan), namun bagi orang-orang berkelas muqarrab (yang dekat dengan Allah dan menjadi kekasih-Nya) akan dinilai sebagai sayyiat (keburukan).
Kisah Ketiga
Pada suatu hari, ketika Nabi Musa a.s. sedang mengajar kaumnya timbul sebuah pertanyaan, “siapakah yang paling ‘alim diantara kalian?, nabi Musa menjawab, “saya”. Atas jawaban tersebut, Allah SWT, menegurnya dan memberitahukan kepadanya bahwa ada seorang hamba Allah SWT. yang lebih alim.
Singkat cerita, Nabi Musa a.s. ingin berguru kepada hamba Allah itu. Hamba Allah itu menerima lamaran Nabi Musa a.s., dengan syarat Nabi Musa tidak boleh bertanya, berkomentar, apalagi mengingkari apa yang akan dilihatnya sebelum hal itu dijelaskan kepadanya. Nabi Musa a.s. menerima persyaratan itu.
Hamba Allah itu, yang tiada lain adalah Nabi Khidir a.s., berkata, “akan tetapi kamu tidak akan mampu bersabar”.
Spontan Nabi Musa menjawab , Insya Allah kamu akan mendapati diriku sebagai orang yang sabar.”
Dalam jawaban ini, Nabi Musa a.s. mengucapkan Insya Allah. Akan tetapi jawaban itu menunjukkan bahwa Nabi Musa a.s. kurang tawadhu’. Mengapa? Sebab, ia mengatakan “...saya sebagai orang yang sabar”.yang
Beliau tidak mengatakan ”...saya sebagai bagian dari orang-orang yang bersabar.” Artinya, jawaban Nabi Musa a.s dapat dikonotasikan sekakan-akan didunia ini tidak ada orang yang sabar selain dirinya.
Karena sedikit kurang tawadhu, terbuktilah bahwa Nabi Musa a.s. tidak bisa sabar dalam berguru kepada Nabi Khidir a.s.. mengapa? Sebab, setiap Nabi Khidir a.s. berbuat sesuatu, Nabi Musa a.s. selalu berkomentar, bahkan mengingkarinya. (kisah lengkapnya bisa dilihat di Q.S. Al-Kahfi : 60-82.
Rasulullah SAW. bersabda, Kita sangat senang kalau saja Nabi Musa bersabar, niscaya akan banyak kisah yang bisa kita dapatkan darinya.”(HR. Bukhori dan Muslim)
Jawaban Nabiyullah Musa a.s. berbeda dengan jawaban Nabiyullah Isma’il a.s. ketika ayahandanya (Nabiyullah Ibrahim a.s.) berkata kepada sang putra yang dicintai itu, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkan apa pendapatmu!.”
Ia Menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.(QS. Ash-Shafat: 102)
Jawaban Nabiyullah Isma’il ini mengandung makna bahwa didunia ini banyak sekali orang yang sabar dan ia insya Allah termasuk salah seorang dari mereka. Kemudian terbuktilah bahwa Nabi Isma’il a.s. mampu bersabar.
Semoga Allah SWT. menjadikan kita semua sebagai hamba – hamba-Nya yang selalu mengembalikan sesuatu kepada Masyi’ah Allah SWT, menjadi manusia-manusia yang tawadhu’ dan sabar. Amin.!  

Sumber : Membangun Ruh Baru karya Ust. Musyafa Abdurrohim

2 komentar:

Ass...Syukron infonya...Manfaat banget

wass... Alhamdulillah... Semoga kami kian bermanfaat untuk ummat...

Posting Komentar

Assalamualaikum,,,,
Salam ukhuwah buat semua rekan-rekan yang mengunjungi kami...
Silahkan berikan komentar, saran, kritik, ide, apapun (asal positif dan membangun) pada kami boleh langsung kesini maupun ke email kami di pkslangensari@gmail.com . Syukron untuk sapaan semua rekan-rekan...
Salam hangat dari kami...
-DPC PKS Langensari-

Para Pengemban Amanah

Para Pengemban Amanah