Sabtu, 09 April 2011

Perselisihan Dalam Bingkai Cinta

Mari kita ikuti…
Sepercik perjalanan orang-orang besar dalam persaudaraan. Dahulu, Abu Dzar radhiallahu anhu pernah menghina Bilal bin Rabah dengan menyebut orang tuanya. Bilal mengadu kepada Rasulullah dan Abu Dzar menyesal sejadi-jadinya atas perkataannya kepada Bilal. Ia lalu menempelkan pipinya ke tanah sambil berucap kepada Bilal, ” Demi Allah, aku tidak akan angkat pipiku dari tanah, sampai engkau injak pipi ini dengan kakimu.” Akhirnya kedua sahabat itu berpelukan dan saling memaafkan. Mereka, orang-orang besar itu, bukan tak pernah berselisih dan bukan tak pernah tersulut emosinya. Perselisihan antara mereka juga terjadi, dan bahkan kemarahan antara mereka juga telah tersulut. Tapi lihatlah bagaimana mereka menyelesaikan masalah antara mereka.
Lihatlah bagaimana kaum Muhajirin dan Anshar ketika kedua kelompok sahabat Rasulullah saw hampir saja berbaku hantam dan saling bunuh karena diingatkan masa lalu mereka yang saling berperang. Masing- masing kelompok telah menghunus pedang mereka dan bersiap untuk berperang. Dalam situasi kritis itulah Rasulullah saw untuk melerai mereka dengan mengatakan, ” Wahai kaum Muslimin, apakah karena seruan jahiliyah ini (kalian hendak berperang) padahal aku ada di tengah-tengah kalian. Setelah Allah memberikan hidayah Islam kepada kalian. Dan dengan Islam itu Allah muliakan kalian dan dengan Islam Allah putuskan urusan kalian pada masa jahiliyah. Dan dengan Islam itu Allah selamatkan kalian dari kekufuran. Dan dengan Islam itu Allah pertautkan hati-hati kalian”. Maka kaum Anshar itu segera menyadari bahwa perpecahan mereka itu adalah dari syaithon dan tipuan kaum kafir, sehingga mereka menangis dan berpelukan satu sama lain. Lalu mereka berpaling kepada Rasulullah saw dengan senantiasa siap mendengar dan taat..” (Sirah Ibnu Hisyam 1/55)
Ukhuwah
Saudaraku…
Begitu indahnya persaudaraan yang berbalut cinta diantara mereka. Setelah Rasulullah wafat, peselisihan juga terjadi diantara mereka. Tapi lagi-lagi mereka memang orang-orang besar dalam cinta.
Mu’awiyah memiliki sepetak kebun di Madinah, berikut sejumlah karyawannya. Ibnu Zubair memiliki kebun yang letaknya di samping kebun milik Muawiyah. Mu’awiyah ketika itu adalah seorang khalifah yang menguasai lebh dari 20 wilayah. Sedangkan Ibnu Zubair adalah hanya salah seorang rakyatnya. Keduanya juga mempunyai persoalan di masa lalu. Tukang kebun milik Mu’awiyah datang dan masuk ke kebun milik Ibnu Zubair, lalu Ibnu Zubair menuliskan surat kepada Mu’awiyah dengan nada marah. Surat itu bertuliskan,
” Bismillahirrahmanir rahim. Dari Abdullah bin Zubair, putra penolong Rasul (Zubair bin Awwam) dan putra Dzatun Nuthaqain (Asma binti Abu Bakar yang mempunyai gelar itu), kepada Mua’wiyah bin Hindun, anak dari perempuan yang memakan hati paman Rasulullah. Ketahuilah, tukang kebunmu masuk ke kebunku. Demi Allah yang tidak Tuhan selain Dia, kalau tidak segera engkau larang mereka, aku akan mempunya urusan denganmu!”
Mu’awiyah membaca surat dari Ibnu Zubair tersebut. Dia tampak lapang dada dan menerimanya dengan tenang. Ia lalu memanggil anaknya yang bernama Yazid yang kebetulan karakternya emosional. Mu’wiyah menyodorkan surat itu dan bertanya kepada anaknya, “Apakah kita perlu menjawabnya? ” Yazid bin Mu’awiyah menjawab, “Menurutku, ayah harus mengirimkan pasukan dengan kekuatan besar yang barisan terdepannya ada di Madinah dan ujung terakhirnya ada di Damaskus. Mereka harus datang kembali dengan membawa kepala Ibnu Zubair.” Mu’awiyah menjawab, “Tidak. Ada yang lebih baik dari itu.” Ia lalu menuliskan surat balasan kepada Ibnu Zubair dengan mengatakan
Bismillahirrahmanir rahim. Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, kepada Abdullah bin Zubair putra penolong Rasul dan putra dzatun Nuthaqain. Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Jika ada bagian dari dunia milikku dan milikmu, lalu kemudian engkau memintanya, niscaya akan aku berikan itu semuanya untukmu. Jika sampai suratku ini kepadamu. Ambillah kebunku itu seluruhnya menjadi kebunmu. Termasuk tukang kebunku juga menjadi milikmu. Wassalam.
Surat itu akhirnya sampai ke Abdullah bin Zubair. Membaca surat itu Ibnu Zubair menitikkan air mata dan pergi ke Mu’awiyah di Damaskus. Ia memeluk Mu’awiyah dan berkata, “Semoga Allah menjaga akalmu, dan Allah telah memilihmu diantara orang-orang Quraisy untuk menduduki tempat ini yakni jabatan khalifah”
Saudaraku…
Ternyata perang tak terhindarkan, dan terjadi di antara mereka. Dalam perang jamal Aisyah, Thalhah dan Zubair beserta sejumlah sahabat Radiallahu anhum keluar untuk berperang dengan menghunus pedang. Sementa di pihak lawan, Ali Radiallahu anhu dan para sahabat dari ahli Badar juga berangkat untuk berperang. Seseorang berkata kepada Amir Asy Sya’bi, ,”Allahu Akbar. Para sahabat saling berperang dengan pedang dan masing-masing tidak ada yang menghindar?! ” Amir Asy Sya’bi mengatakan, “Para penghuni surga juga bertemu. Tapi mereka masing-masing merasa malu dengan yang lain.”
Ketika Thalhah gugur di medan perang Jamal dalam posisi menentang Ali ra, justru Ali turun dari kudanya dan menanggalkan pedangnya. Ia berjalan kaki menuju Thalhah. Melihatnya telah gugur bersimbah darah. Ali tahu, Thalhah adalah salah satu dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga oelh Rasulullah saw. Ali ra memberihkan tanah dari janggut Thalhah sambil mengatakan, “Aku sangat gusar melihatmu seperti ini wahai Abu Muhammad. Tapi aku akan meminta kepada Allah swt agar menjadikan antara diriku dan dirimu sebagaimana difirmankan dalam Al Quran, “Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. ” (QS Al Hijr:47)
Saudaraku…
Lihatlah bagaimana kisah Imam Ghazali, tentang Hasan Al Bashri yang pernah didatangi seseorang dengan mengatakan, “Wahai Abu Sa’id, seseorang melakukan ghibah atasmu.” Hasan Al Bashri menjawab, “Kemarilah.” Ketika orang itu datang, Hasan Al Bashri memberinya beberapa kurma. Lalu Hasan Al Bashri mengatakan, “Pergilah kepada orang itu dan katakanlah padanya, “Engkau telah memberikan kebaikanmu untukku. Dan karenanya aku memberimu kurma.” Orang itu lalu memberikan kurma kepada orang yang menggibahi Hasan Al Bashri.
Saudaraku…
Mari belajar dari orang-orang besar itu

Sumber : http://izzimedia.com/perselisihan-dalam-bingkai-cinta/

0 komentar:

Posting Komentar

Assalamualaikum,,,,
Salam ukhuwah buat semua rekan-rekan yang mengunjungi kami...
Silahkan berikan komentar, saran, kritik, ide, apapun (asal positif dan membangun) pada kami boleh langsung kesini maupun ke email kami di pkslangensari@gmail.com . Syukron untuk sapaan semua rekan-rekan...
Salam hangat dari kami...
-DPC PKS Langensari-

Para Pengemban Amanah

Para Pengemban Amanah